LEGISLATIF

Ketua MPR RI: Pemerintah dan Inkud TKBM Perlu Cari Solusi Bersama

0
Ketua MPR Bambang Soesatyo saat menerima kedatangan Inkud TKBM yang menolak rencana pencabutan SKB 2 Dirjen dan 1 Deputi Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan

Berita Golkar – Ketua MPR Bambang Soesatyo berharap pemerintah dan pengurus perlu duduk bersama dengan Induk Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan untuk mencari solusi terbaik dalam pengelolaan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).

Ini bertujuan agar jalan keluar yang dibuat tak membuat ada pihak yang merasa ditinggalkan sehingga mengganggu kinerja pelabuhan.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini mengomentari hal tersebut terkait penolakan Inkud TKBM kepada terkait rencana pencabutan SKB 2 Dirjen dan 1 Deputi Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan.

Aturan yang sebelumnya memberi hak kelola TKBM ditangan koperasi TKBM dicabut, dan  diganti dengan Peraturan Presiden dengan yang berisi kebijakan pengalihan pengelolaan TKBM kepada Badan Usaha Pelabuhan (BUP) dan Perusahaan Bongkar Muat (PBM).

“Kebijakan tersebut khawatir mengganggu keberadaan 637 ribu anggota koperasi TKBM, yang memiliki keluarga untuk dinafkahi. Karenanya pemerintah dan pengurus harus duduk bersama menjawab berbagai kekhawatiran tersebut,” ujar Bamsoet usai menerima pengurus KAHMI dan juga Induk Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan, di Jakarta, Selasa (18/1/2022).

Baca Juga :  Ketua MPR RI Ingatkan Pentingnya Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Toleransi

Turut hadir Ketua Umum Induk Koperasi TKBM Pelabuhan H.M. Nasir. Hadir pula Pengurus KAHMI, antara lain Sekretaris Jenderal Manimbang Kahariady, Rudy Gani, Dadan, dan Khairul.

Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, duduk bersama antara pengurus Induk Koperasi TKBM dan juga pemerintah sangat diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi kegiatan di pelabuhan, khususnya di Tanjung Priok, untuk menurunkan ongkos logistik dan memberantas mafia pelabuhan.

Pelabuhan Tanjung Priok merupakan yang tersibuk di Indonesia, yang menangani lebih dari 30 persen komoditi non migas Indonesia, serta 50 persen lebih dari seluruh arus barang yang keluar dan masuk Indonesia melewati pelabuhan ini. Tidak heran jika pelabuhan Tanjung Priok juga dikenal sebagai barometer perekonomian Indonesia.

“Pemerintah terus mengembangkan pelabuhan agar mampu mengantisipasi percepatan bongkar muat barang melalui penyediaan dan kelengkapan fasilitas pelayanan spesialisasi. Antara lain melalui pembangunan inner road, pelebaran alur dan pintu gerbang masuk kapal menjadi lalu lintas dua arah, serta pendalaman alur hingga mencapai -14 mLWS. Kesemuanya itu perlu dukungan dari sumber daya manusia yang handal, sekaligus kondusifitas dalam lingkungan pekerjaan,” kata mantan Ketua Komisi III DPR RI ini.

Baca Juga :  Ravindra Airlangga Ingin Ada Sistem Kesehatan yang Tangguh dan Responsif

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini juga mengapresiasi kinerja Kementerian Perhubungan yang telah melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan efektifitas dan efisiensi kegiatan di pelabuhan.

Seperti optimalisasi aset, pengembangan pelabuhan/terminal baru yang terintegrasi dengan kawasan industri, pembangunan green port atau pelabuhan ramah lingkungan.

Selain itu, Kemenhub juga meningkatkan kompetensi para pegawai, digitalisasi operasi di terminal seperti improvement TOS dan autogate system, serta optimalisasi proses bisnis seperti I-Hub dan logistic marketplace yang semuanya tergabung dalam Inaportnet.

“Menjadikan pelayanan di pelabuhan lebih efektif dengan pelayanan kapal dan barang di pelabuhan dalam waktu 24 jam sehari serta tujuh hari dalam seminggu,” ujar Bamsoet.