BERITADPD GOLKAR

Musda V Bekasi Akan Digelar, Golkar Cari Nakhoda Kota Bekasi

0
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyampaikan pidato politik saat Kampanye Akbar Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (9/4). Kampanye akbar dihadiri ribuan kader dan simpatisan Golkar se-Jabodetabek dan Bandung.

Berita Golkar –  Musyawarah Daerah V DPD Partai Golkar Kota Bekasi diprediksi bakal berjalan alot. Sejumlah nama siap bersaing meramaikan bursa calon ketua, yakni Nofel Saleh Hillabi, TB Hendra, Ade Puspita Sari dan juga Zainul Miftah.

Pengamat komunikasi politik Universitas Juanda Bogor Gotfridus Goris Seran mengatakan, masing-masing kandidat punya kelebihan dan kekurangan. Calon yang ada, berpeluang untuk menang, termasuk sosok millenial Ade Puspita Sari.

“Kecendrungannya Ade terpilih pada musda cukup besar. Ini melihat dirinya dari kalangan muda atau sosok millenial diikuti dengan aktivitasnya sebagai anggota legislatif di Jawa Barat serta segala aktivitas yang menjadi nilai tambah mendukung keberadaannya di partai,” kata Goris, Minggu (20/9/2020).

Dia mengatakan, dalam kalkulasi politik posisi Ade bisa saja belum sepenuhnya mulus untuk mendapatkan kursi ketua DPD Partai Golkar Kota Bekasi. Bahkan dengan posisinya ketua dan anggota DPRD Jawa Barat dia bisa menjadi sasaran tembak bagi lawannya meskipun berada pada posisi di bawahnya.

Baca Juga :  Terpilih Secara Aklamasi, Ismar Khomri Pimpin Golkar Batu Bara

“Oleh sebab itu melihat kelebihan dan kelemahan masing masing kandidat menarik, tentunya publik memiliki hak untuk mendapat informasi yang utuh sosok calon pemimpin politik di daerahnya,” tandasnya.

Dia mengatakan, Ade cukup menanjak dan diuntungkan atas aktivitasnya sebagai anggota DPRD Jawa Barat. Sementara kandidat lain tidak terlihat sosok mereka yang menonjol di publik. Bahkan, di antara mereka ada yang cacat secara administrasi, sehingga keadaan ini malah negatif baginya untuk bertarung pada Musda Golkar Bekasi.

“Kita melihatnya secara netral seperti diberitakan media massa. Lihat prestasi dan sepak terjang masing-masing secara pribadi positif atau negatif di masyarakat. begitu pula dari aspek legalitas berdasarkan pendidikan yang ditempuh para kandidat,” jelasnya.

Kritik Hal Biasa

Menyinggung saling kritik atau perang urat syaraf yang terjadi diantara kandidat, menurut dia merupakan hal wajar di Partai Golkar. Kritik yang sehat, tambahnya tentu saja diharapkan agar dinamika demokrasi yang mentradisi di Partai Golkar menjadi pendidikan politik bagi publik.

Baca Juga :  Airlangga Hartarto bersama Menparekraf dan Gubernur DKI Jakarta Nonton Final IBL 2021

“Tradisi demokrasi di Partai Golkar itu sangat tinggi dinamikanya. Ini merupakan sesuatu yang bagus dan perlu dijaga agar marwah Golkar sebagai partai senior dan partai kader menjadi contoh dan memberikan pendidikan politik bagi publik. Bahkan, saling kritik diperlukan agar publik mendapat informasi yang luas mengenai sosok pimpiman dari hasil musda ini,” bebernya.

Dari sisi kandidat, perang usat syarat di luar medan laga yang sudah ditabuh misalnya menyangkut penjualan Gedung DPD Golkar yang menjadi isu seksi yang sampai saat ini terus digulirkan.

“Kemudian, ada juga isu ijazah palsu yang disebut-sebut dilakukan oleh salah seorang kandidat. Selanjutnya isu tuntutan akuntabilitas publik sebagai mantan birokrat juga menerpa pada diri seorang kandidat tersebut,” ucapnya.

Liputan6