LEGISLATIF

Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi di NTT, Hetifah Beri Tanggapan

0
Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian.

Berita Golkar – Masyarakat dihebohkan atas instruksi Gubernur NTT Viktor Laiskodat yang meminta siswa SMA masuk sekolah pukul 5 pagi waktu setempat.

Instruksi tersebut disampaikan Viktor dalam agenda pertemuan bersama kepala sekolah pada Kamis, 23 Februari lalu dengan alasan untuk mengasah kedisiplinan dan etos kerja para peserta didik.

Selain itu, menurutnya, kebanyakan anak SMA tidur paling malam sekitar pukul 22.00.

Sehingga, dia mengklaim siswa sudah cukup tidur untuk memulai sekolah pukul 05.00 pagi.

Kebijakan tersebut ditentang berbagai kalangan, salah satunya oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian.

Baca Juga :  Legislator Partai Golkar Ucapkan HUT Bhayangkara Ke-75 bagi Institusi Polri

Hetifah menilai kebijakan tersebut tidak efektif dan berpotensi berdampak negatif.

“Menurut American Academy of Pediatrics dan ahli kesehatan, di negara lain waktu ideal memulai sekolah adalah jam 8:30. Dari studi itu, anak yang mendapatkan istirahat cukup mampu menunjukkan prestasi dan kehadiran lebih baik di sekolah. Tidur yang kurang itu berdampak ke risiko kesehatan, performa yang menurun di sekolah, dan gangguan emosi,” katanya.

Lebih lanjut, Hetifah mempertanyakan relevansi etos kerja dengan sekolah jam 5 pagi dan menyarankan uji coba tersebut dilakukan di lingkup Pemerintah Provinsi terlebih dahulu.

“Karena belum ada contoh dan penelitian start kerja maupun sekolah jam 5 atau 5.30 pagi banyak bagusnya atau sebaliknya, maka kalau mau trial dulu, bisa dipraktekkan untuk Gubernur dan pegawai kantor Pemprov. Tapi sambil diminta ahli kesehatan dan psikolog melakukan penelitian dampaknya,”ujar legislator Kaltim tersebut.

Baca Juga :  Legislator Golkar Dave Laksono Tanggapi Terbitnya Peta Standar China 2023

Terakhir, Hetifah yang merupakan ibu dari 4 anak tersebut menyampaikan empatinya kepada para orang tua atas kebijakan ini.

“Dan yang penting juga, irama hidup seluruh keluarga ikut terpengaruh, ketika jam aktivitas anggota keluarga khususnya anak berubah, ritme bisa menjadi berubah menjadi tidak beraturan, yang dampak baiknya masih dipertanyakan. Selain itu, bagi yang rumahnya jauh dari sekolah, terpaksa harus berangkat dini hari dalam kondisi yang belum tentu aman bagi anak maupun orang dewasa. Sebagai orang tua dari 4 anak, saya sangat memahami kekhawatiran orang tua murid NTT,” tandasnya.