DPD GOLKAR

Ace Hasan Ajak Kader Golkar Ikut Terlibat Tangani Problematika Anak di Jawa Barat

0
Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Tubagus Ace Hasan Syadzily.

Berita Golkar – Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Tubagus Ace Hasan Syadzily, mengajak kader Golkar di Jawa Barat untuk ikut terlibat dalam penanganan problematika anak di Jawa Barat dan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan pendidikan yang dimiliki.

Hal ini disampaikan Tubagus Ace Hasan Syadzily atau biasa disapa Kang Ace pada kegiatan Seminar tentang Mental Health untuk Anak dan Remaja.

Seminar dalam rangka Menyambut Hari Anak Nasional 2023 yang diselenggarakan Ikatan Istri Pengurus Golkar (IIPG) Provinsi Jawa Barat di Aula Kantor DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat di Jl. Maskumambang Kota Bandung, Minggu (23/07/2023).

Kegiatan tersebut selain diisi oleh seminar dengan menghadirkan keynote speech, Atalia Praratya Ridwan Kamil serta para pembicara lainnya, juga diisi oleh konseling gratis dan dimeriahkan oleh penampilan perkusi dari Djambe Addict yang didalamnya merupakan anak-anak special needs dengan special talenta.

“Tentu kita berharap dari kegiatan ini akan menghasilkan hal-hal yang positif.  Terutama bagi peningkatan kualitas anak-anak kita. Dan tentu bagi Partai Golkar sendiri sehingga bisa berkontribusi bagi kemenangan Partai Golkar pada tahun 2024,” kata Kang Ace.

Dihadapan Ketua Harian DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Daniel Mutaqien dan Ketua IIPG Provinsi Jawa Barat, Hj. Rita Fitria Ace Hasan Syadzily, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu menjelaskan bahwa memperhatikan tumbuh kembangnya kehidupan mental anak merupakan hal yang penting dalam rangka mempersiapkan generasi mendatang yang lebih kuat.

“Kita semua memang harus mempersiapkan mental anak sesuai dengan pertumbuhan mereka agar tentu di masa depannya anak-anak tersebut betul-betul kuat di dalam mengarungi kehidupan yang nanti akan dihadapinya,” sambung Kang Ace.

Disebutkan Kang Ace, Peringatan Hari Anak Nasional mengingatkan semua pihak terkait berbagai macam problematika anak.

Baca Juga :  Pada Pemilu 2024, BSNPG Siap Kawal Perolehan Suara Partai Golkar

“Saya sendiri kebetulan saat ini menjadi pimpinan Komisi VIII DPR RI yang mitra itu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, salah satunya yang dibahas adalah soal perlindungan anak,” ungkapnya.

Tentu perlindungan anak ini, kata Kang Ace, bukan hanya tugas pemerintah tapi juga tugas semua pihak untuk bisa memastikan ekosistem dari perlindungan anak agar betul-betul bisa terjaga dengan baik.

“Ada berbagai macam komponen yang perlu diperhatikan terkait masalah anak ini. Tentu yang paling utama basisnya adalah rumah atau keluarga. Selanjutnya yang kedua, lembaga pendidikan. Ketiga, lingkungan sosial yang membentuk dari tumbuh kembang anak secara kondusif bagi pertumbuhan anak tersebut,” papar Kang Ace.

Ia mencatat beberapa problematika anak di provinsi Jawa Barat diantaranya soal tingginya angka pernikahan dini.

“Jawa Barat itu termasuk yang cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia soal pernikahan dini ini,” tambah Kang Ace.

Hal itu terlihat dari permintaan izin nikah usia anak yang cukup tinggi di Jawa Barat saat ini.

“Khususnya didapilnya Kang Daniel (Daniel Mutaqien, Indramayu dan sekitarnya, red),” seloroh Kang Ace.

Disebutkan Kang Ace realitas ini harus menjadi perhatian bersama karena akan mempengaruhi tumbuh kembang dan mental anak di lingkungan kita terutama di Jawa Barat.

Karena itu, kata dia, di dalam undang-undang Perlindungan Anak yang awalnya usia anak-anak itu di bawah 17 tahun, sekarang usia anak-anak itu di bawah 18 tahun.

Pernikahan Dini
Terkait soal pernikahan dini ini atau pernikahan anak itu, sebut Kang Ace, pasti akan mempengaruhi terhadap berbagai hal. Sehingga akan menjadi semacam lingkaran setan bagi kehidupan keluarga yang nanti akan dijalani.

“Riset banyak menyebutkan bahwa pernikahan anak karena belum siap secara mental untuk berumah tangga tingkat perceraian menjadi tinggi.  Anak yang dilahirkannya juga akhirnya single parent. Lalu mempengaruhi terhadap kehidupan ekonomi mereka. Lalu kemudian mempengaruhi terhadap pendidikan.  Bukan saja pendidikan anak-anaknya tetapi juga pendidikan terhadap si ibunya sendiri,” papar Kang Ace.

Baca Juga :  Airlangga Hartarto Ungkap Ciri-Ciri Parpol yang akan Bergabung Koalisi Indonesia Maju

Karena pasti, kata dia, kalau sudah menikah biasanya sekolahnya terputus. Masa depannya menjadi tidak jelas.

“Nah ini masalah serius yang seharusnya memang menjadi perhatian kita semua,” katanya.

Kemudian kata Kang Ace, bahwa tumbuh kembangnya anak tergantung dari ekosistem diamana anak itu tumbuh dengan baik, terutama institusi keluarga, institusi pendidikan dan lingkungan sosial.

“Masalah serius lainnya adalah soal kekerasan terhadap anak. Sekarang bapak ibu sekalian tentu kita tidak bisa lagi memarahi anak dengan bahasa kekerasan. Beda dengan dulu waktu saya dibesarkan kita tiap hari masuk sekolah, diperiksa kuku, tangan, pasti kalau panjang ‘dikepret’. Kalau sekarang tidak bisa begitu karena situasinya akan lain,” ujar Kang Ace.

Anggota DPR RI asal Dapil Kabupaten Bandung dan Bandung Barat itu juga memaparkan terkait masih maraknya perundungan atau bullying yang kerap terjadi di sekolah, di kampus dan di lingkungan sosial lainnya.

Hal tersebut menurutnya harus menjadi catatan penting tersendiri bagi semua pihak.

“Kasus kekerasan terhadap anak semacam itu masih begit tinggi dan bahkan kita bisa menyaksikan kejadian itu termasuk di lembaga-lembaga pendidikan keagamaan sekalipun. Tentu kita berharap dari berbagai problematika yang dihadapi oleh anak kita negara termasuk kita wajib hadir di dalamnya untuk menyelesaikannya,” kata Kang Ace.

“Kita berharap para kader-kader Partai Golkar di  IIPG bisa memulai dari lingkungan kita. Kita memulai dari lingkungan sosial kita. Kalau dalam bahasa Golkar ‘baheula’, dimulai dari batur sakasur, batur sasumur, batur salembur,  sama sagubernur. Jadi memulai dari itu dulu,” sambungnya.

Kang Ace berharap kader Golkar bisa memulainya, bagaimana membuat ekosistem lingkungan di tingkat keluarga, di tingkat sosial, di tingkat lingkungan pendidikan agar betul-betul friendly terhadap atau isilahnya itu ramah terhadap anak.